Model Pembelajaran kondisi darurat Pasca Bencana
MENGGAPAI ASA PASCA BENCANA
Akhir
tahun 2019 seluruh dunia menghadapi penyebaran virus mematikan yang bermula dari kota Wuhan di
China dengan kode genetik virus corona SARS-COV-2 yang kemudian dikenal sebagai
Corona Virus disesase atau COVID-19. Virus tersebut menyebar dengan cepat
keseluruh dunia dengan korban jiwa setiap saat. Di awal 2020 Indonesia tak
luput dari penyebaran virus covid-19 yang melumpuhkan berbagai sendi kehidupan
baik ekonomi, sosial, budaya, agama, dan dunia Pendidikan. Berbagai upaya
diterapkan oleh Pemerintah pusat dan daerah dalam menghentikan laju penyebaran
virus Covid-19, diantaranya penerapan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB)
atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Penerapan 5M yaitu
; Memakai masker, Mencuci Tangan pakai sabun, Menjaga jarak,Menjauhi kerumunan,
dan Membatasi mobilitas.
Penyebaran
virus covid-19 di Indonesia juga berimbas pada dunia Pendidikan, berdasarkan
Surat Edaran Mendikbud, SE Mendikbud 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Corona
Virus Disease (Covid-19) pada satuan Pendidikan yang ditanda tangani oleh
Mendikbud Nadiem Anwar Makariem pada tanggal 9 maret 2020 di Jakarta. Surat
edaran tersebut sebagai upaya menghentikan laju penyebaran virus covid-19
dengan memuat 17 butir himbauan yang ditujukan kepada jajaran Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai pedoman dengan membagi 3 bagian tingkat
resiko penyebaran yaitu ; Resiko rendah, sedang dan tinggi. Merespon Surat
Edaran Mendikbud tersebut dan berdasarkan Surat Edaran Menpan-RB Nomor 34 tahun
2020 tentang Perubahan atas surat edaran tentang penyesuaian system kerja
Aparatur Sipil Negara dalam upaya pencegahan penyebaran covid-19 Pemerintah
daerah kabupaten Polewali Mandar menyampaikan Surat Edaran Nomor 7 Tahun
2020 tentang Perubahan atas surat surat
edaran Bupati Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penyesuaian system kerja Apartur Sipil
Negara dalam upaya pencegahan penyebaran covid-19 di lingkungan Pemerintah
kabupaten polewali Mandar yang di tanda tangani Bupati Kabupaten Polewali
Mandar tanggal 30 Maret 2020.
Berbagai
upaya diterapkan oleh satuan Pendidikan dalam menghentikan laju penyebaran
virus covid-19, Sekolah Dasar Negeri 007 Sidodadi bergerak cepat berdasarkan
Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar
Nomor : B-1093 a/Disdikbud/Ka.Dinas/421/06/2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Belajar dari rumah dalam masa darurat Penyebaran Corona virus disease (
Covid-19) dengan dasar hukum Surat Edaran Mendikbud No.4 Tahun 2020 tentang
kebijakan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19). Dengan adanya pedoman Surat Edaran tersebut SD Negeri 007 Sidodadi
merubah pelaksanaan pembelajaran dari tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak
jauh Belajar Dari Rumah ( PJJ BDR) dan penerapan 5M dilingkungan sekolah serta
melengkapi berbagai sarana prasarana dalam mendukung penerapan 5M seperti,
tersedianya kran air untuk cuci tangan, sabun cair, handsanitazier, thermogun,
dan desinfektan. Sekolah juga menerapkan Kawasan sekolah sebagai Kawasan wajib
pakai masker dan jaga jarak untuk seluruh warga sekolah dan tamu yang datang.
Sekolah juga berkolaborasi dengan komite sekolah dalam mensosialisasikan upaya
pencegahan tersebut kepada Orang tua /Wali siswa, bahwa Pencegahan penyebaran
covid-19 adalah tangung jawab Bersama.
Tantangan
berat berada di pundak Pendidik dan Tenaga Kependidikan, perubahan model
pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh menuntut Guru
untuk Berkreasi dan berinovasi menciptakan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. SD Negeri 007 Sidodadi segera mengadakan rapat dipimpin oleh
Kepala sekolah dan di hadiri Komite Sekolah dan perwakilan Orang tua Siswa. Dari
rapat tersebut menghasilkan dua pilihan belajar bagi Siswa yaitu belajar secara
on line dalam jaringan (daring) atau
belajar secara kelompok diluar jaringan (luring). Setiap Wali kelas mengundang
orang tua siswa untuk mengisi Surat pernyataan persetujuan belajar siswa. Dari
hasil pertemuan disepakati untuk kelas atas belajar secara on line dalam
jaringan (daring) menggunakan media grup whatshapp dan google classroom dan
untuk kelas 1 belajar secara berkelompok diluar jaringan (luring) dalam satu
kelompok terdiri dari 5 siswa.
Evaluasi
dan refleksi terus dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran terutama dalam
pembelajaran daring, SD Negeri 007 Sidodadi yang berada di wilayah kota berada
dilingkungan Pasar Sentral Wonomulyo dengan berbagai latar belakang kemampuan
ekonomi Orang tua/Wali siswa, mempengaruhi proses pembelajaran dimana siswa
harus mempersiapkan sarana dan prasaran belajar berupa android dan data
internet. Berbagai upaya di lakukan seperti membantu pulsa data untuk siswa
tidak mampu dan adanaya bantuan kuota data dari kemendikbud yang diterima siswa
tiap bulan. Pembelajaran daring juga sangat menuntut guru untuk berkreasi dan
berinovasi, menciptakan pembelajaran menarik menggunakan video pembelajaran dan
game. Kemampuan guru umumnya rendah dalam membuat video pembelajaran menjadi
tantangan tersendiri. Dengan berbagai upaya guru-guru berusaha meningkatkan
kompetensi dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik melalui
komunitas Kelompok Kerja Guru (KKG) atau melalui berbagai pelatihan On Line
seperti mengikuti Webinar, Seri Belajar Kemdikbud, dan lain sebagainya.
Tujuan
Pelaksanaan belajar dari rumah selama
darurat covid-19 adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk
mendapatkan layanan Pendidikan, melindungi warga satuan Pendidikan dari penularan
dan dampak buruk covid-19, dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi
pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali.
Prinsip
Pelaksanaan belajar dari rumah selama darurat covid-19 adalah keselamatan dan
Kesehatan lahir batin seluruh warga sekolah menjadi pertimbangan utama,
Kegiatan BDR dilakasanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi siswa tanpa terbebani menuntaskan capaian kurikulum, focus pada Pendidikan
kecakapan hidup, materi pembelajaran bersifat inklusif, aktivitas dan penugasan selama BDR bervariasi, hasil
belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif, dan mengedepankan pola
interaksi dan komunikasi yang positif
antara guru dengan orang tua/Wali.
Media
pembelajaran daring dapat diakses dari berbagai sumber seperti; Rumah belajar
oleh Pusdatin kemdikbud (tautan https://belajar.kemdikbud.go.id)
atau TV edukasi Kemdikbud (tautan https://tve.kemdikbud.go.id/live/),
dan berbagai sumber media lain.
Pembelajaran
luar jaringan (luring) dalam kelompok kecil terdiri dari 5 siswa di evaluasi
dan direfleksi dengan cermat karena pembelajaran luring memungkinkan guru
kontak langsung dengan siswa, penerapan protocol Kesehatan yang ketat menjadi
pilihan utama. Pembelajaran luring menggunakan media dan sumber belajar
melalui; TVRI program belajar dari rumah melalaui TVRI, Radio, Modul
belajar mandiri dan lembar kerja, bahan
ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar.
Di
masa pandemi yang belum berakhir, dalam situasi darurat covid-19 di mana siswa
belajar dari rumah diawal semester 2 tahun pelajaran 2020/2021 Wilayah Sulawesi
barat dilanda gempa berkekuatan 6,2 Mw pada tanggal 15 Januari 2021 dengan
pusat gempa berada 7 km timur laut Majene, dengan kedalaman 10 km.dan dikuti
rentetan gempa susulan di beberapa hari berikutnya. Tercatat korban jiwa 105
orang dengan 3.369 luka-luka sebanyak 89.524 orang mengungsi. Data dari Dinas
Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 59 gedung sekolah
terdampak gempa dengan kondisi rusak ringan hingga rusak berat dengan rincian
Kabupaten Mamuju 27 gedung sekolah, Majene 28 gedung sekolah, dan Mamasa 4
gedung sekolah.
Tantangan
Pendidik Pasca bencana semakin berat, selain dituntut menghadirkan pembelajaran
yang menyenangkan pendidik juga harus memulihkan trauma siswa pasca gempa.
Kondisi fisik dan psikis siswa yang terganggu terutama siswa yang terdampak
gempa secara langsung, yang tinggal dipengungsian dengan berbagai permasalahan
mulai kekurangan bahan pangan,tikar, tenda, dan tentu tidak ada lagi sarana
prasarana penunjang belajar.
Pemulihan
trauma siswa pasca gempa menjadi prioritas utama, seorang guru seharusnya memiliki
kompetensi penanganan trauma healing yaitu proses penyembuhan setelah trauma
agar siswa terdampak gempa bisa focus Kembali belajar dan melupakan
bayang-bayang kejadian bencana tersebut. Pemulihan kondisi psikologis diawali
dengan melakukan pendataan tentang siswa yaitu jumlah, usia, jenis kelamin,
minat dan bakat, dan kebutuhan khusus jika ada. Kegiatan dapat dilakukan
dilokasi pengungsian dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten,
kegiatan yang yang dilakukan mengumpulkan siswa di lapangan terbuka dan
melakukan kegiatan outdoor berupa berbagai permainan yang menarik, bernyanyi,
dan kegiatan yang lain untuk memperkuat rasa kebersamaan dan semangat. Kegiatan
penanganan trauma healing dapat dilakukan secara bertahap dan periodic sesuai
dengan tingkatan usia dan kebutuhan siswa, kegiatan trauma juga dapat dilakukan
dalam bentuk inklusif untuk siswa yang berkebutuhan khusus.
Kompetensi
yang juga sangat penting dikuasai guru untuk menghadapi situasi darurat adalah
Resiliensi atau daya lenting yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh
dalam situasi sulit. Resiliensi adalah kemampuan individu membentuk daya
Tangguh yang dapat dilatih berdasarkan 7 aspek ; aspek pengaturan emosi,aspek
pengendalian dorongan, aspek optimis,aspek analisis penyebab dan akibat,aspek
empati,aspek efikasi diri, dan aspek mencapai positif. Jika seorang guru
memiliki jiwa Tangguh resiliensi akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan
perubahan, baik akibat penyebaran covid-19 maupun dampak bencana gempa yang
membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat dalam waktu bersamaan.
Pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam situasi pandemic covid-19 dan dalam
masa darurat bencana atau pasca bencana adalah Pembelajaran berdiferensiasi (
Differentiated instruction) yaitu pembelajaran yang dilaksanakan sesuai
kebutuhan murid yaitu pembelajaran dengan beragam cara agar siswa dapat
mengeksplorasi isi kurikulum dan dengan beragam kegiatan atau proses masuk akal
sehingga siswa dapat mengerti dan memahami konsep materi yang diajarkan.
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa berdasarkan
kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Dengan berbagai
strategi dan model pendekatan pembelajaran yang menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan bermakna, guru dan siswa berkolaborasi membuat
kesepakatan kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan “ Pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid,
dimana guru menghamba pada murid. Diibaratkan seorang petani yang menabur benih
dan merawatnya, menjaganya dari hama hingga tumbuh subur dan memanennya,
begitulah pendidik yang lahir dari jiwa memastikan murid tumbuh dan berkembang
sesuai kodratnya”
Contoh
penerapan Pembelajaran berdiferensiasi yaitu guru memastikan semua siswa
dikelas yang sama mempelajari materi dan kurikulum yang harus dikuasai siswa.
Namun, guru tidak harus mengajarkan materi kepada semua siswa. Sesuai kemampuan
dan daya serap siswa, untuk siswa yang sudah memahami konsep materi dapat
diberikan tugas pengayaan sedangkan untuk siswa yang belum memahami materi
diberikan tugas secara regular. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi siswa
dapat dikelompokkan secara fleksibel berdasarkan bakat dan minat,guru bertugas
sebagai pembimbing dan fasilitator siswa berekplorasi dalam berbagai kegiatan
dikelas. Strategi Pembelajaran berdiferensiasi yaitu; Diferensiasi konten
adalah pembelajaran dengan menyesuaikan materi dan kebutuhan siswa,
Diferensiasi Proses yaitu siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan kesiapan ,minat dan profil belajar siswa, Diferenssiasi produk yaitu
kemampuan siswa menerapkan hasil pembelajaran baik sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Dari strategi tersebut dapat disusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berdiferensiasi yang sesuai kebutuhan siswa, menyenangkan,
adil dan menciptakan kolaborasi aktif antara guru dan siswa.
Dimasa
darurat bencana dan pasca bencana pembelajaran berdiferensiasi dapat
dikolaborasikan dengan menerapkan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
pembelajaran tersebut sekaligus sebagai upaya penanganan trauma pasca bencana.
Guru Menyusun RPP berdiferensiasi sesuai konten,proses, dan produk dengan
runtut. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan kompetensi sosial dan
emosional disesuaikan dengan materi pembelajaran yang relevan.
Kompetensi
sosial dan emosional sangat tepat dan relevan diterapkan pasca bencana karena
melalui Pendidikan sosial emosional (PSE)
dapat melatih siswa berkesadaran penuh (mindfulness) dan pembelajaran yang
berisi keterampilan - keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus kemampuan
memecahkannya, juga mengajarkan merekamenjadi orang baik. PSE memberikan
keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi individu tentang
pengalaman yang di lami siswa. Kompetensi sosial dan emosional ada 5 yaitu,
Kesadaran sosial (empati), kesadaran diri (pengenalan emosi), Pengelolaan diri
(pengelolaan emosi dan focus), Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,
dan kemampuan berinteraksi sosial (keterampilan sosial). Jika siswa mampu
menguasai kompetensi sosial dan emosional maka siswa tersebut telah mencapai
kesejahteraan psikologi yaitu sebagai individu yang memiliki sikap positif
terhadap diri orang lain, dapat membuat keputusan sendiri, menegelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup,membuat hidup lebih bermakna,
berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri.
Didalam
proses pembelajaran Belajar Dari Rumah maupun di tempat pengungsian tetap
mengutamakan Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) sebagai pondasi dan ruh utama
pendidikan, dapat diterapkan diawal pembelajaran, didalam proses pembelajaran,
dan diakhir pembelajaran sebagai penguatan dan refleksi. Ada lima nilai
karakter utama yang menjadi prioritas pengembangan Gerakan PPK, yaitu ;
religious, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan kegotong royongan.
Masing-masing nilai berkembang saling berinteraksi dan dinamis dalam membentuk
keutuhaan pribadi. Selain menekankan olah pikir (literasi), PPK menitik
beratkan olah hati (etika dan spiritual),olah rasa (estetik),dan juga olah
raga(kinestetik). PPK sangat mungkin diterapkan di masa pandemi covid-19 maupun
dalam darurat pasca bencana, nilai religious dapat dikembangkan seiring Gerakan
olah hati dan Latihan berkesadaran penuh(mindfulness), olah rasa dengan melatih
siswa berempati terhadap sesama dengan cara menyalurkan berbagai bantuan untuk
korban gempa di tempat lain. Dalam pelaksanaan penerapan Gerakan PPK guru
selalu berkolaborasi dengan berbagai pihak yaitu dengan orang tua siswa dan
masyarakat sebagai bagian tripusat Pendidikan yang tidak terpisahkan. Sebagai
kunci kesuksesan Pendidikan karakter terletak pada peran guru, seperti ajaran
Ki Hadjar Dewantara “ Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mbangun karso,tut
wuri handayani” . Guru yang ideal adalah guru yang mampu membangun
kedekatan dengan siswa, mengetahui perkembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, intelektual dan kepribadian setiap siswa.
Dari
semua metode dan strategi pembelajaran yang telah dipaparkan diatas bertujuan
untuk memenuhi hak-hak siswa dalam pembelajaran yaitu siswa berhak memperoleh
ilmu pengetahuan dan layanan Pendidikan, siswa berhak mengembangkan diri, siswa
berhak mendapatkan teman dan perlindungan, dan siswa berhak mendapatkan
perlakuan yang sama dari guru, Semua siswa berhak mewujudkan asa dan
cita-citanya. Meskipun pandemi covid-19 masih berlangsung dan bencana alam
masih membayang tidak akan menyurutkan Langkah membangun negeri mencerdaskan
bangsa.
Masa
depan Pendidikan Indonesia adalah tanggung jawab bersama antara Satuan
Pendidikan, keluarga (orang tua), dan masyarakat (komunitas) sebagai Tripusat
Pendidikan yang tidak terpisahkan dalam memajukan Pendidikan. “maksud
Pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat” (Ki Hadjar Dewantara).
Integrasi ketiga unsur tripusat Pendidikan diharapkan dapat membentuk ekosistem
belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter
positif siswa,
Pandemi
covid-19 dan bencana alam bukanlah halangan untuk memajukan Pendidikan di
Sulawesi Barat khususnya, namun sebagai tantangan untuk dihadapi bersama baik sekolah,
keluarga dan masyarakat. Untuk menghadapi tantangan tersebut seorang guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran wajib mengembangkan diri untuk
dapat berdaptasi terhadap berbagai perubahan, mampu menghadirkan pembelajaran
yang menyenangkan dan bermakna, mampu menjadi pengajar yang baik,mampu berperan
sebagai fasilitator, penghubung dan mampu menjadi katalisator untuk menggali
potensi siswa, serta mampu mengelola sekolah yang aman dari bencana.
Posting Komentar untuk "Model Pembelajaran kondisi darurat Pasca Bencana"